02 April 2011

Tsai Lun, Penemu Kertas Yang Dapat Merubah Dunia

Tsai Lun, penemu kertas itu menjadi salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Menurut buku 100 tokoh yang berpengaruh karangan Michael Hart, Tsai Lun $masuk dalam posisi ke tujuh. Bagaimana tidak, kertas adalah sarana paling penting di dunia bagi perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, komunikasi, agama, dan teknologi. Meski peranan kertas dalam teknologi modern mulai ditinggalkan, tetapi sebelumnya karena kertaslah maka peradaban manusia di dunia berkembang sangat pesat.

Mengingat besarnya jasa Tsai Lun dalam memengaruhi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, Michael H. Hart menempatkan Tsai Lun pada urutan ke-7 dari seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah, satu tingkat di atas Gutenberg. Buku Hart ini menjawab keragu-raguan kalangan di Barat yang mengabaikan nama Tsai Lun dalam ensiklopedinya. Buku ini juga sekaligus membongkar prasangka tentang kebenaran keberadaan Tsai Lun sebagai penemu kertas.

Cai Lun atau Tsai Lun ialah penemu kertas berkebangsaan Tionghoa yang hidup di zaman Dinasti Han, abad ke-1 – abad ke-2 Masehi. Lahir di Guiyang (provinsi Hunan), ia bernama lengkap Cai Jingzhong (sering pula dipanggil Jingzhong ((敬仲)), ia adalah seorang kasim.

Ia membuat kertas dari kulit kayu murbei. Bagian dalamnya direndam di air dan dipukul-pukul sehingga seratnya lepas. Bersama dengan kulit, direndam juga bahan rami, kain bekas, dan jala ikan. Setelah menjadi bubur, bahan ini ditekan hingga tipis dan dijemur. Lalu jadilah kertas yang mutunya masih belum sebagus sekarang.

Tak banyak catatan tentang Cai Lun, selain ada yang menyebutnya orang kasim. Ia adalah seorang pegawai negara pada pengadilan kekaisaran. Pada tahun 105 M ia mempersembahkan contoh kertas pada Kaisar Han Hedi. Catatan tentang penemuan kertas ini terdapat dalam penulisan sejarah resmi Dinasti Han.

Konon kaisar amat girang atas penemuan Cai Lun, dan Cai Lun pun naik pangkat, mendapat gelar kebangsawanan dan menjadi cukong. Namun belakangan ia terlibat dalam komplotan anti istana yang membuatnya disepak dari kerajaan. Menurut naskah Tionghoa, setelah disepak Cai Lun mandi bersih, mengenakan pakaian terindahnya, lantas meneguk racun

Nama Tsai Lun (Cai Lun) memang tidak terlalu populer dibanding dengan Johann Gutenberg (1400–1468). Padahal, tokoh asal Tiongkok ini merupakan penemu kertas.

Tsai Lun telah memulai upaya tersebut dengan menciptakan kertas pada tahun 105 Masehi. Catatan tentang penemuan kertas ini terdapat dalam penulisan sejarah resmi Dinasti Han.

Tsai Lun dilahirkan di Guiyang (sekarang termasuk wilayah Provinsi Hunan) tahun 50 Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Han. Dalam bahasa tradisional China, nama Tsai Lun dilafalkan dengan Cai Lun. Cai Jingzhong adalah nama kehormatan yang diberikan kepadanya.

Tsai Lun mengawali karier intelektualnya sebagai pegawai negara pada pengadilan kekaisaran. Setelah mengabdi sebagai pegawai kaisar sejak tahun 75 Masehi, Tsai Lun memperoleh banyak penghargaan dan kenaikan pangkat. Pada tahun 89, Tsai Lun dipromosikan sebagai sekretaris dalam pekerjaan tulis-menulis kerajaan. Tahun itu juga, Tsai Lun memperoleh jabatan pada kantor yang berwenang dalam pabrikasi senjata.

Sebelum Tsai Lun menciptakan kertas, buku-buku di China umumnya dibuat dari bambu dan bahan sutra. Selain kaku, “buku bambu” ini cukup berat. Seseorang memerlukan satu gerobak untuk membawa sejumlah buku yang diperlukannya. Sedangkan buku dari bahan sutera diterbitkan dalam eksemplar terbatas, sehingga tidak semua orang dapat memperoleh bacaan bermutu karena mahalnya bahan-bahan bacaan dari sutra. Gagasan menciptakan kertas dipengaruhi kenyataan betapa tidak praktis dan mahalnya medium tulis-menulis dari bahan-bahan tersebut.

Tsai Lun menciptakan kertas dari kulit pohon murbei dan mempersembahkan temuannya itu kepada Kaisar Han Ho Ti. Konon, Kaisar sangat senang dengan penemuan ini. Sejak itu, kertas digunakan secara luas di China, dan bangsa China menyebut kertas hasil ciptaan Tsai Lun ini dengan “kertas dari Bangsawan Tsai”.

Penemuan ini pada gilirannya membawa pengaruh besar dalam sejarah perkembangan peradaban di China, terutama dalam aksara. Orang-orang China kemudian menghubungkan nama Tsai Lun dengan penemu kertas, dan namanya tersohor di seluruh China. Dengan penemuan itu, Tsai Lun diangkat menjadi bangsawan kerajaan.

Kertas bikinan Tsai Lun diolah dengan merendam bagian dalam kulit murbei, lalu dipukul-pukul hingga seratnya lepas. Bersama kulit, direndam juga bahan rami, kain bekas, dan jala ikan. Setelah menjadi bubur, bahan ini ditekan hingga tipis dan dijemur. Lalu jadilah kertas yang mutunya belum sebagus sekarang.

China mempertahankan dan menjaga rahasia cara pembikinan kertas ini selama lima abad. Teknik pembuatan kertas tersebut kemudian jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Dinasti Abbasiyah, ketika pasukan Dinasti Tang kalah dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi.

Beberapa tenaga ahli pembikin kertas tertawan dan dibawa orang-orang Arab. Para tawanan perang ini diminta mengajarkan cara pembuatan kertas, sehingga di zaman Abbasiyah muncullah pusat-pusat industri kertas. Kertas kemudian diproduksi di Bagdad dan Samarkand, yang seterusnya menyebar ke seluruh dunia Arab. Mulai saat itu, kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan berpindah ke dunia Arab sampai abad ke-15.

Pengetahuan mengenai cara pembikinan kertas menyebar tidak hanya di daratan Timur Tengah, tetapi meluas hingga ke Barat dan beberapa negara Eropa. Bangsa Eropa tidak belajar pembikinan kertas di China, tetapi dari orang-orang Arab, terutama setelah terjadinya Perang Salib. Dengan penyebaran ini, cara pembikinan kertas mengalami kemajuan secara bertahap, sehingga kualitasnya menjadi lebih baik.

Tsai Lun meninggal dengan menenggak racun pada tahun 121 Masehi, setelah ia dikeluarkan dari istana karena terlibat komplotan antikaisar. Untuk menghormati jasanya, sebuah kuil didirikan di Chengdu, di mana ratusan keluarga melibatkan diri dalam indusri pembikinan kertas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar