08 Juni 2012

Tugas Psikologi Kesehatan


Tugas Psikologi Kesehatan
Fobia Karet Gelang (kasus)
Disusun oleh:
Hans Gelby Pramudya 2011-66-251
Lapadli pratama  2011-66-218

Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul
Jakarta 2012



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
           
Belakangan ini kita sering menjumpai beberapa orang disekitar kita seperti melihat suatu hal atau fenomena, mereka akan mengalami rasa ketakutan yang sangat luar biasa. Hal tersebut biasanya dikenal sebagai fobia dan biasanya jika mereka mengalami fobia di depan umum, mereka akan menjadi bahan guyonan bagi orang-orang disekitarnya. Sering kali fobia dianggap sebagai suatu keanehan oleh orang-orang.
Pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang fobia terhadap karet. Subjek yang kita jadikan sampel merupakan salah satu dari mahasiswa Universitas Esa Unggul. Dari wawancara yang kami lakukan, subjek mengatakan bahwa semua berawal ketika subjek berusia 13 tahun. Ketika sedang makan mie subjek hampir menelan karet gelang. Setelah kejadian tersebut subjek mengalami trauma. Sehingga ketika melihat karet gelang ditarik berulang-ulang didepan subjek, maka subjek dapat mengingatkan kejadian yang pernah dialami pada saat itu. Hal tersebut  dapat membuat subjek mengalami mual dan berkeringat. Jika melihat karet gelang yang ditarik terlalu lama dampaknya adalah subjek akan muntah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka, rumusan masalah yang di ajukan adalah :
·         Bagaimna awal mula sabjek mengalami fobia terhadap kareet gelang ?
·         Bagaimana dampak yang dialami oleh subjek setelah mengalami fobia ?

C. Tujuan Makalah
·         Mampu melakukan analisis terhadap fobia yang dialami subjek
·         Mengetahui sebab dan akibat yang dialami oleh subjek
·         Mampu memberikan solusi kepada subjek

D. Manfaat Makalah
·         Kesimpulan atau saran yang ditulis atau dihasilkan dalam analisis ini dapat digunakan subjek untuk  menghilangkan fobia yang diderita.
·         Makalah ini dapat digunakan sebagai acuan untuk orang lain yang menderita fobia.
 

BAB II
Landasan Teori

Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.

Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita kebanyakan wanita, dimulai semenjak kecil. Agorafobia: kata yunani, agora=tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan, takut bepergian. Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa remaja dan permulaan dewasa. Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila. 90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.

Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
a. Fobia Spesifik

Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.
b. Fobia Sosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam Kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
 
Gejala umum yang ditimbulkan:
1.      Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2.      Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3.      Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4.      Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5.      Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
6. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat

 Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :
  • agoraphobia - takut pada lapangan
  • antlophobia — takut akan banjir.
  • bibliophobia - takut pada buku
  • cenophobia — takut akan ruangan yang kosong.
  • claustrophobia - takut akan naik lift.
  • dendrophobia - takut pada pohon
  • ecclesiophobia - takut pada gereja
  • felinophobia - takut akan kucing
  • hydrophobia — ketakutan akan air.
  • hyperphobia - takut akan ketinggian
  • iatrophobia - takut akan dokter
  • lygopobia - ketakutan akan kegelapan
  • necrophobia - takut akan kematian
  • panophobia - takut akan segalanya
  • photophobia — ketakutan akan cahaya.
  • ranidaphobia - takut pada katak
  • uranophobia - ketakutan akan surga
  • xanthophobia - ketakutan pada warna kuning
  • arachnophobia - ketakutan pada laba-laba
  • lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran
 

BAB 3
Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

Fobia adalah rasa takut yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian tertentu, yang ditandai dengan keinginan untuk selalu menghindari sesuatu yang ditakuti itu. Perbedaan fobia dengan rasa takut biasa adalah sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar orang normal. Melalui analisa dan pengamatan yang kami lakukan sujek mendrita fobia karena faktor trauma dan keterpaparan pada objek fobia.

 3.2 Saran

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi fobia, kami menyarankan untuk mengikuti beberapa metode yang mendukung untuk menghilangkan fobia, antara lain :
1.      Psikoterapi
Tujuan: memberikan dukungan agar ia dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas dan takutnya.
2.      Psikoanalisa.
Tujuan: penderita dapat menggali penyebabnya akan tetapi hal ini membutuhkan waktu yang panjang.
3.      Desensitisasi
mendekatkan benda atau keadaan yang menakutkan pada penderita mulai dari yang ringan hingga yang paling.
4.      Pembanjiran.
(kebalikan dengan desensitisasi), dimulai dari yang paling menakutkan hingga yang paling ringan.
5.      Terapi Kimiawi
memberikan obat anti cemas (Benzodiazepin) atau penenang ringan tetapi harus sesuai dengan indikasi atau resep dokter.
6.      Terapi Relaksasi dan HYPNOSIS atau yang lebih dikenal dengan nama Hypnotherapy. Terapi ini memperkerjakan alam bawah sadar dan mengistirahatkan jiwa sadar.
7.      Teknik Persuasi.(Servo Power = pemrograman prestasi, motivasi berkarier; Servo  Therapy pemrograman terapi individual; dan Servo Mediator = mediadi konflik). Teknik ini biasa menggunakan kata atau sugesti positif.



DAFTAR PUSTAKA

diunduh tanggal 1 maret 2012 jam 13:30

diunduh tanggal 1 maret jam 15:00